
XI/SMA/MA/SMK/MAK/SEMESTER GENAP


Mila Kusuma Wardani
XI Akuntansi 3 / 27
SMK N 1 SRAGEN

XI/SMA/MA/SMK/MAK/SEMESTER GENAP


Mila Kusuma Wardani
XI Akuntansi 3 / 27
SMK N 1 SRAGEN
K
|
|
ATA
PENGANTAR
Assakamu`alaikum Wr. Wb
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur atas kehadirat
Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kita
semua. Sehingga saya dapat menyelesaikan Modul Matematika Bab Transformasi,
Turunan, dan Integral dengan baik dan lancar.
Modul ini saya susun yang salah satunya sebagai sumber belajar
untuk siswa agar dapat dipelajari dengan lebih mudah. Dan juga untuk pemenuhan
tugas. Saya menyajikan materi dalam modul ini berusaha untuk mudah dipahami
oleh para siswa dan diharapkan matematika akan makin terasa kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Saya berterima
kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
pembuatan Modul Matematika ini. Dan saya sangat mengharapkan saran-saran maupun
kritik yang membangun dari semua pembaca agar saya dapat meningkatkan kualitas
saya dalam menyusun Modul Matematika ini.
Semoga Modul matematika ini dapat bermanfaat bagi
penyusun dan bagi pembaca serta dapat memenuhi harapan semua pihak.
Karanganyar, Mei 2016
Mila Kusuma Wardani

DAFTAR ISI
COVER ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………....
i
KATA PENGANTAR
………………………………………………………………………………………………………………………..…………….. ii
DAFTAR ISI
…………………………………………………………………………………………………………………………………..………..….. iii
BAB 10 TRANSFORMASI
GEOMETRI
TRANSLASI
/ PERGESERAN ………………………………………….………………………………………….……………… 1
REFLEKSI
/ PENCERMINAN ………………………………………….…………………………………….…….……….…….. 5
ROTASI
/ PERPUTARAN ……………………………….…………………………………………………….……….………….. 9
DILATASI
/ PENSKALAAN ………………………………………..………………………………………………….………….. 13
TRANSFORMASI
dengan MATRIKS TRANSFORMASI TERTENTU …………...………….………..…………… 16
LUAS
HASIL TRANSFORMASI ………………………………………………………………………………………………….. 17
BAB 11 TURUNAN
TURUNAN
SUATU FUNGSI ……………………………………………………………………………..……………...…….... 22
TURUNAN
TRIGONOMETRI ………………………………………………………………………………...…………………… 24
SIFAT-SIFAT
TURUNAN …………………………………………………………………..……………………………………… 28
PERSAMAAN
GARIS SINGGUNG KURVA ………………………………………………………….………………………. 31
FUNGSI
NAIK DAN FUNGSI TURUN ……………………………………………………………………….………………… 32
NILAI
STASIONER ………………………………………………………………………………………………………….……….. 37
MENGGAMBAR GRAFIK
FUNGSI ……………………………………………………………………………………………... 39
BAB 12 INTEGRAL
DEFINISI
INTEGRAL ……………….……………………………………………………………………………………………….. 42
SUBTITUSI
…………………………………………………………...………………………………………………………………… 43
SUBTITUSI
TRIGONOMETRI …………………………………………………………………………………………………….. 44
INTEGRAL
PARSIAL ………………………………………………………………………………………………………………… 46
INTEGRAL
TAK TENTU ……………………………………………….…………………………………………………………….. 47
INTEGRAL
TERTENTU …………………………………………….………………………………………………………………… 48
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….…………………………………………………………………
51
BAB 10
TRANSFORMASI GEOMETRI
Transformasi merupakan suatu
pemetaan titik pada suatu bidang ke himpunan titik pada bidang yang sama.
Jenis-jenis dari transformasi yang dapat dilakukan antara lain :
1.
Translasi (Pergeseran)
2.
Refleksi(Pencerminan)
3.
Rotasi(Perputaran)
4.
Dilatasi(Penskalaan)
Berikut ini ilustrasinya :
Berdasarkan gambar di atas, segitiga
ABC yang mempunyai koordinat A(3, 9), B(3, 3), C(6, 3) ditranslasikan:

dimana :
ü a ; Menyatakan
pergeseran horizontal (kekanan+, kekiri-)
ü b ; Menyatakan
pergeseran vertikal (keatas+,kebawah-)
Contoh Soal
:
Soal No. 1
a)
Tentukan bayangan dari titik A (2, 3) oleh translasi T
= (7, 8)
b)
Tentukan bayangan dari titik A (5, 10) oleh translasi
|
![]() |
|
|
c)
Tentukan bayangan dari titik A (1, 2) oleh translasi T
= (1, 2) dilanjutkan oleh translasi U = (3, 4)
Pembahasan
Bayangan dari titik A oleh suatu transformasi namakan A’ Dua model yang
biasa dipakai sebagai berikut:
![]() |
Hasilnya
akan sama saja, hanya sedikit beda cara penulisan, sehingga:
a) Bayangan dari titik A (2, 3) oleh translasi T = (7, 8)
a) Bayangan dari titik A (2, 3) oleh translasi T = (7, 8)

b)
Bayangan dari titik A (5, 10) oleh translasi
|
![]() |

c)
Bayangan dari titik A (1, 2) oleh translasi T = (1, 2)
dilanjutkan oleh translasi U = (3, 4)


Soal No. 2
a)
Disediakan suatu persamaan garis lurus y = 3x + 5. Tentukan
persamaan garis lurus yang dihasilkan oleh translasi T = (2, 1)
Pembahasan
Ada beberapa cara diantaranya :
Cara pertama:
Posisi titik (x, y) oleh translasi T = (2, 1) adalah:
Posisi titik (x, y) oleh translasi T = (2, 1) adalah:
x’ = x + 2 →
x = x’ – 2
y’ = y + 1 → y = y’ – 1
y’ = y + 1 → y = y’ – 1
Masukkan nilai x dan y yang baru ke persamaan asal
y = 3x + 5
(y’ – 1 ) = 3(x’ – 2) + 5
Tinggal
selesaikan, ubah lambang y’ dan x’ ke y dan x lagi:
y – 1 = 3x –
6 + 5
y = 3x – 6 + 5 + 1
y = 3x
y = 3x – 6 + 5 + 1
y = 3x
Cara kedua:
Ambil dua buah titik dari persamaan y = 3x + 5
Misal: Titik A, untuk x = 0 → y = 5 dapat titik A (0, 5)
Ambil dua buah titik dari persamaan y = 3x + 5
Misal: Titik A, untuk x = 0 → y = 5 dapat titik A (0, 5)
Titik B, untuk Y = 0 → x = – 5 /3 dapat
titik B (– 5/3 , 0)
Translasikan Titik A dan B dengan T = (2,1)
A’ (0 + 2, 5
+1) = A’ (2, 6)
B’ (-5/3 + 2, 0 + 1) = A’ (1/3, 1)
B’ (-5/3 + 2, 0 + 1) = A’ (1/3, 1)
Buat
persamaan garis yang melalui kedua titik itu :

Cara ketiga
Dengan rumus yang sudah jadi atau rumus cepat:
Dengan rumus yang sudah jadi atau rumus cepat:
ax + by =
c
Translasi T (p, q) Hasil : ax + by = c + ap + bq |
Rumus ini
untuk bentuk seperti soal di atas, jangan terapkan pada bentuk-bentuk yang
lain, nanti salah.
y = 3x + 5 atau 3x − y = − 5 oleh T = (2,1)
Hasil translasinya adalah:
y = 3x + 5 atau 3x − y = − 5 oleh T = (2,1)
Hasil translasinya adalah:
3x − y = − 5
+ (3)(2) + (− 1)(1)
3x − y = − 5 + 6 − 1
3x − y = 0 atau
y = 3x
3x − y = − 5 + 6 − 1
3x − y = 0 atau
y = 3x
Segitiga ABC
dengan koordinat A(3, 9), B(3, 3), C(6, 3) dicerminkan:
ü
Terhadap sumbu Y menjadi segitiga A2B2C2 dengan
koordinat A2(-3, 9), B2(-3, 3), C2(-6, 3)
ü
Terhadap sumbu X menjadi segitiga A3B3C3 dengan
koordinat A3(3, -9), B3(3, -3), C3(6, -3)
ü
Terhadap titik (0, 0) menjadi segitiga
A4B4C4 dengan koordinat A4(-3, -9), B4(-3, -3), C4(-6, -3)
Segitiga ABC
dengan koordinat A(3, 9), B(3, 3), C(6, 3) dicerminkan:
ü
Terhadap garis x = -2 menjadi segitiga
A5B5C5 dengan koordinat A5(-7, 9), B5(-7, 3), C5(-10, 3)
ü
Terhadap sumbu y = 1 menjadi segitiga
A6B6C6 dengan koordinat A6(3, -7), B6(3, -1), C6(6, -1)
Segitiga PQR
dengan koordinat P(6, 4), Q(6, 1), R(10, 1) dicerminkan:
ü
Terhadap garis y = x menjadi segitiga
P2Q2R2 dengan koordinat P2(4, 6), Q2(1, 6), R2(1, 10)
ü
Terhadap garis y = -x menjadi segitiga
P3Q3R3 dengan koordinat P3(-4, -6), Q3(-1, -6), R3(-1, -10)
Berdasarkan
penjelasan diatas dapat dirumuskan :
Pencerminan
terhadap garis x = a atau y = b
Pencerminan
terhadap titik (0, 0)
Pencerminan
terhadap garis y = x atau y = –x
Pencerminan
terhadap garis y = mx + c, jika m = tan θ maka:

Pembahasan
:
2.
Titik A memiliki koordinat (3, 5). Tentukan koordinat hasil pencerminan titik
A:
a) Terhadap
garis x = 10
b) Terhadap garis y = 8
Pembahasan
Pencerminan sebuah titik terhadap garis x = h atau y = k
a) Terhadap garis x = 10
x = h
b) Terhadap garis y = 8
Pembahasan
Pencerminan sebuah titik terhadap garis x = h atau y = k
a) Terhadap garis x = 10
x = h
(a, b)
----------> (2h − a, b)
(3, 5)
----------> ( 2(10) − 3, 5) = (17, 5)
b) Terhadap
garis y = 8
y = k
y = k
(a, b)
----------> (a, 2k − b)
(3, 5)
----------> ( 3, 2(8) − 5) = (3, 11)
3. Titik A memiliki koordinat (3, 5). Tentukan koordinat hasil pencerminan titik A:
a) Terhadap
garis y = x
b) Terhadap
garis y = − x
Pembahasan
a) Terhadap garis y = x
y = x
a) Terhadap garis y = x
y = x
(a, b) ----------> ( b, a)
(3, 5) ----------> (5, 3)
b) Terhadap garis y = − x
y = − x
y = − x
(a, b) ----------> ( − b, − a)
(3, 5) ----------> (− 5, −
3)
Rotasi
|
Matriks
|
Perubahan
titik
|
Perubahan
fungsi
|
½
|
0
-1
1 -0 |
(x,y)(-y,x)
|
F(x,y) =
0F(y,-x) = 0
|
|
-1
0
1 -1 |
(x,y) (-x,-y)
|
F(x,y) =
0F(-x,-y) = 0
|
3/2
|
0
-1
-1 0 |
(x,y) (y,-x)
|
F(x,y) =
0 F(-y,x) = 0
|
|
cos -sin
sin cos |
(x,y) (x
cos - y sinq, x sin + y cos )
F(x,y) = 0 F(x cos + y sin , -x sin + y cos ) = 0 |
UnUntuk rotasi searah jarum
jam, sudut diberi tanda negatif (–)
Untuk rotasi berlawanan arah
jarum jam, sudut diberi tanda positif (+)
Segitiga ABC dengan koordinat A(3,
9), B(3, 3), C(6, 3) dirotasi:
ü +90° atau
–270° dengan pusat rotasi O(0, 0) menjadi segitiga A2B2C2 dengan
koordinat A2(-9, 3), B2(-3, 3), C2(-3, 6)
ü +270° atau
–90° dengan pusat rotasi O(0, 0) menjadi segitiga A3B3C3 dengan
koordinat A2(9, -3), B2(3, -3), C2(3, -6)
ü +180° atau
–180° dengan pusat rotasi O(0, 0) menjadi segitiga A4B4C4 dengan koordinat
A4(-3, -9), B4(-3, -3), C4(-6, -3)
Berdasarkan
penjelasan diatas, maka rotasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rotasi sejauh θ dengan pusat
(a, b)
![]() |
Contoh Soal :
1.
Vektor
diputar terhadap titik asal O sebesar
searah jarum jam. Kemudian hasilnya dicerminkan terhadap garis
, menghasilkan vektor
. Jika
, maka matriks
= …






A.


B.


C.


D.


E.


Jawab :
Matriks tranformasi untuk rotasi dengan pusat rotasi (0, 0) dan sudut putar
(searah jarum jam
Matriks tranformasi untuk rotasi dengan pusat rotasi (0, 0) dan sudut putar


Matriks tranformasi untuk Refleksi terhadap 










![]() |
Jawaban : B
3. Titik P (6√2, 10√2) diputar dengan arah berlawanan
jarum jam sejauh 45° menghasilkan titik P'. Tentukan koordinat dari titik P'.
Pembahasan
Rotasi sebuah titik dengan sudut sebesar α
Sehingga:
Catatan:
sudut α positif → berlawanan arah jarum jam
sudut α negatif → searah jarum jam
Pembahasan
Rotasi sebuah titik dengan sudut sebesar α

Sehingga:

Catatan:
sudut α positif → berlawanan arah jarum jam
sudut α negatif → searah jarum jam
Segitiga ABC dengan koordinat A(3,
9), B(3, 3), C(6, 3) didilatasi :
ü
Dengan faktor skala k = 1/3 dan pusat dilatasi O(0, 0)
menjadi segitiga A2B2C2 dengan koordinat A2(1, 3), B2(1, 1), C2(2, 1)
ü
Dengan faktor skala k = 2 dan pusat dilatasi O(0, 0)
menjadi segitiga A3B3C3 dengan koordinat A3(6, 18), B3(6, 6), C3(12, 6)
Untuk nilai k negatif,
arah bayangan berlawanan dengan arah aslinya.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka
dapat dirumuskan :
Dilatasi
dengan pusat (a, b) dan faktor skala k
Rumus
praktis dilatasi dengan faktor skala k dan pusat dilatasi O(0, 0):
Contoh soal :
1)
Tentukan
bayangan persegi panjang ABCD dengan A(2,2) , B(-2,2) , C(-2,-2) dan D(2,-2) jika
dilakukan transformasi Dilatasi pusat O dan skala 3 adalah....
Jawab :
Jadi
hasilnya A'(6,6) , B'(-6,6) , C'(-6,-6) dan D'(6,-6)
2)
Bayangan garis x - y - 3 = 0 oleh D(O,4) adalah.....
Jawab :
Transformasinya
adalah Dilatasi dengan pusat O(0,0) dan skala 4
dengan
menghilangkan tanda aksen dan mengalikan dengan 4 maka bayangan /
peta / hasilnya adalah x - y - 12 = 0
Bagaimana
jika mendilatasikan dengan pusat di suatu titik yang
bukan titik
O(0,0) misal A(p,q) dan faktor skala k ....???
maka bentuk
operasinya menjadi :
atau dapat
ditulis :
k.(x-p) = x' - p dan k.(y-q) = y' – q
3)
Bayangan titik
W(2,6) oleh dilatasi dengan pusat (2,-1) dan factor skala -2 adalah....
Jawab :
-2(2-2) = x' - 2 maka x' = 2
-2(6+1) = y' +1 maka y' = - 15
jadi
bayangannya W'(2,-15)
4)
Bayangan garis
y = x - 3 karena dilatasi faktor skala 4 dengan pusat A(1,2) adalah....
Jawab :
atau dapat
ditulis menjadi
sehingga
bayangannya adalah :
atau ditulis y = x + 15 atau x - y + 15 = 0
KOMPOSISI
TRANSFORMASI
![]() |
Merupakan gabungan dari beberapa transformasi. Misalnya kita mempunyai transformasi T1 akan dilanjutkan ke T2 maka ditulis T2oT1.
Komposisi
Khusus :
- Dua pencerminan yang berurutan terhadap
sumbu-sumbu yang sejajar
- Dua pencerminan yang berurutan terhadap dua sumbu
yang tegak lurus ekuivalen dengan rotasi 180º yang pusatnya adalah titik
potong kedua sumbu tersebut.
- Dua pencerminan terhadap dua sumbu yang
berpotongan ekuivalen dengan rotasi dimana titik pusat adalah titik potong
kedua sumbu dan sudutnya adalah sudut antara kedua sumbu.
- Dua rotasi berurutan terhadap pusat yang sama
ekuivalen dengan rotasi dimana pusatnya sejauh jumlah sudut keduanya.
LUAS HASIL
TRANSFORMASI
Mencari luas segitiga ABC jika diketahui
koordinat titik A, B, dan C nya, maka kita dapat gunakan rumus :
Perhatikan
contoh soal transformasi berikut ini.
1) Tentukanlah
persamaan bayangan kurva y = x2 + 3x -4 jika dicerminkan terhadap sumbu X,
kemudian didilatasikan dengan faktor skala 2 dengan pusat dilatasi O(0, 0)
Penyelesaian
:
Cara 1 = Cara
langsung
Cara 2 = Menggunakan
matriks
2)
![]() |
kemudian
dilanjutkan oleh pencerminan terhadap sumbu X adalah....
A. x + y − 3
= 0
B. x − y − 3 = 0
C. x + y + 3 = 0
D. 3x + y + 1 = 0
E. x + 3y + 1 = 0
B. x − y − 3 = 0
C. x + y + 3 = 0
D. 3x + y + 1 = 0
E. x + 3y + 1 = 0

Pembahasan :
Transformasi
oleh matriks
|
dilanjutkan
pencerminan terhadap sumbu x dengan matriksnya
|
![]() |
![]() |
Gabungan dua transformasi:
Terlihat
bahwa :
y' = − y
y = − y'
y = − y'
x' = x + 2y
x' = x + 2(− y')
x' = x − 2y'
x = x' + 2y'
x' = x + 2(− y')
x' = x − 2y'
x = x' + 2y'
Jadi:
x = x' + 2y'
y = − y'
y = − y'
Masukkan ke
persamaan awal
y = x + 1
(− y') = (x' + 2y' ) + 1
x' + 3y' + 1 =
Sehingga bayangan kurva yang diminta adalah x + 3y + 1 = 0
(− y') = (x' + 2y' ) + 1
x' + 3y' + 1 =
Sehingga bayangan kurva yang diminta adalah x + 3y + 1 = 0
3)
Koordinat bayangan titik P(6, 5)
jika ditransformasikan oleh matriks

dan
dilanjutkan pencerminan terhadap sumbu X adalah....
A. (−11, 6)
B. (−6, 11)
C. (−5, 11)
D. (11, −5)
E. (11, −6)
B. (−6, 11)
C. (−5, 11)
D. (11, −5)
E. (11, −6)


Titik A, dengan transformasi matriks akan menghasilkan titik A', yang koordinatnya:

Dilanjutkan lagi dengan pencerminan terhadap sumbu X akan menghasilkan titik A'', dimana titik A'' koordinatnya akan menjadi (11, −6), beda tanda minus saja pada ordinat atau y nya. Bisa juga dengan mengalikan memakai matriks pencerminan terhadap sumbu X.
Jadi A" koordinatnya adalah (11, −6)

4)
Lingkaran (x − 2)2 +
(y + 3)2 = 25 ditransformasikan oleh matriks
dilanjutkan oleh matriks maka bayangan lingkaran itu adalah....

dilanjutkan oleh matriks maka bayangan lingkaran itu adalah....
A. x2 + y2 +
6x − 4x − 12 = 0
B. x2 + y2 − 6x − 4x − 12 = 0
C. x2 + y2 − 4x − 6x − 12 = 0
D. x2 + y2 + 4x − 6x − 12 = 0
E. x2 + y2 + 4x + 6x − 12 = 0
B. x2 + y2 − 6x − 4x − 12 = 0
C. x2 + y2 − 4x − 6x − 12 = 0
D. x2 + y2 + 4x − 6x − 12 = 0
E. x2 + y2 + 4x + 6x − 12 = 0
Pembahasan
(x − 2)2 + (y + 3)2 = 25 adalah sebuah lingkaran yang berpusat di titik P (2, − 3) dan berjari-jari r = √25 = 5. Ingat kembali topik persamaaan lingkaran.
Setelah diitransformasi, jari-jarinya tidak berubah, tetap r = 5, jadi cukup dengan transformasi titik pusatnya, kemudian dipasang lagi di persamaan umum lingkaran akan diperoleh hasilnya.
Titik P (2, − 3) oleh transformasi akan menjadi P':
Titik P' ini oleh transformasi kedua akan menjadi P" dengan koordinatnya tetap (3, 2). Kok tidak berubah, karena matriks yang kedua ini adalah matriks identitas, jika untuk mengali hasilnya tetap. Atau dihitung sajalah seperti ini:
Pusat lingkaran yang baru diperoleh adalah (3, 2) dengan jari-jari r = 5, hingga persamaan lingkarannya menjadi:
(x − 2)2 + (y + 3)2 = 25 adalah sebuah lingkaran yang berpusat di titik P (2, − 3) dan berjari-jari r = √25 = 5. Ingat kembali topik persamaaan lingkaran.
Setelah diitransformasi, jari-jarinya tidak berubah, tetap r = 5, jadi cukup dengan transformasi titik pusatnya, kemudian dipasang lagi di persamaan umum lingkaran akan diperoleh hasilnya.
Titik P (2, − 3) oleh transformasi akan menjadi P':
Titik P' ini oleh transformasi kedua akan menjadi P" dengan koordinatnya tetap (3, 2). Kok tidak berubah, karena matriks yang kedua ini adalah matriks identitas, jika untuk mengali hasilnya tetap. Atau dihitung sajalah seperti ini:
Pusat lingkaran yang baru diperoleh adalah (3, 2) dengan jari-jari r = 5, hingga persamaan lingkarannya menjadi:
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
BAB 11
TURUNAN
A.
Turunan
Suatu Fungsi

![]() |
Jika
dengan C dan n konstanta real, maka :


Rumus Turunan Trigonometri adalah :




Contoh Soal :
1. Tentukan turunan pertama dari y = sin 4x + cos 6x.
Pembahasan :
y' =
|
dy
|
=
|
d (sin 4x
+ cos 6x)
|
dx
|
Dx
|
y' = 4 cos 4x − 6 sin 6x.
2.
Tentukan turunan pertama dari y = 6 sin 2x − 4 cos x.
Pembahasan :
Pembahasan :
y' =
|
dy
|
=
|
d (6 sin 2x −
4 cos x)
|
dx
|
Dx
|
y' = 12 cos 2x − (-4 sin x)
y' = 12 cos 2x + 4 sin x
y' = 12 cos 2x + 4 sin x
y' =
|
dy
|
=
|
d (3x4 + sin 2x + cos 3x)
|
dx
|
Dx
|
3.
Jika y = 3x4 + sin 2x + cos 3x, maka
tentukan turunan pertamanya.
Pembahasan :
Pembahasan :
y' = 12 x3 + 2 cos 2x − 3 sin 3x.
4. Jika f(x) = sin x cos 3x, maka tentukan f '(π⁄6).
Pembahasan :
Kita dapat gunakan konsep turunan perkalian fungsi. Misalkan :
Kita dapat gunakan konsep turunan perkalian fungsi. Misalkan :
⇒ u(x) = sin x, maka
u'(x) = cos x
⇒ v(x) = cos 3x, maka v'(x) =
-3 sin 3x.
Maka turunan pertamanya adalah :
f '(x) =
|
dy
|
= u'(x).v(x) + u(x).v'(x)
|
dx
|
y =
|
1 +
cos x
|
sin x
|
f '(x) = cos x (cos 3x) + sin x (-3 sin 3x)
f '(x) = cos x. cos 3x − 3 sin x. sin 3x
f '(π⁄6) = cos (π⁄6). cos 3(π⁄6) − 3 sin (π⁄6). sin 3(π⁄6)
f '(π⁄6) = {½√3 (0)} − {3 (½) (1)}
f '(π⁄6) = 0 − 3⁄2
f '(π⁄6) = -3⁄2
f '(x) = cos x. cos 3x − 3 sin x. sin 3x
f '(π⁄6) = cos (π⁄6). cos 3(π⁄6) − 3 sin (π⁄6). sin 3(π⁄6)
f '(π⁄6) = {½√3 (0)} − {3 (½) (1)}
f '(π⁄6) = 0 − 3⁄2
f '(π⁄6) = -3⁄2
5. Tentukan turunan pertama dari fungsi berikut :
Pembahasan :
Kita dapat gunakan konsep turunan perkalian fungsi. Misalkan :
⇒ u(x) = 1 + cos x,
maka u'(x) = -sin x
⇒ v(x) = sin x, maka v'(x) = cos x.
⇒ v(x) = sin x, maka v'(x) = cos x.
Maka turunan pertamanya adalah :
y' =
|
dy
|
=
|
u'(x).v(x) − u(x).v'(x)
|
dx
|
v2(x)
|
y' =
|
-sin x (sin x) − (1 + cos x) (cos x)
|
sin2 x
|
y' =
|
-sin2 x − cos2 x − cos x
|
sin2 x
|
y' =
|
-(sin2 x + cos2 x) − cos x
|
sin2 x
|
y' =
|
-(1) − cos x
|
1 − cos2 x
|
y' =
|
-
|
(1 − cos x).
|
y' =
|
-1
|
1 − cos x
|
y' =
|
1
|
cos x – 1
|

![]() |
Turunan kedua y = f(x) terhadap x dinotasikan dengan . Turunan kedua diperoleh dengan menurunkan turunan pertama.
Contoh :
Dalam
mencari turunan, seringkali kita menjumpai dua fungsi atau lebih yang
dijumlahkan, dikurangkan, dikalikan dan dibagikan. Untuk memudahkan perhitungan
ini, dibuatlah sifat-sifat turunan.
Jika u dan v adalah fungsi dalam x, dan c adalah konstanta, maka berlaku
1. f(x) = u + v maka f '(x) = u' + v'
2. f(x) = u - v maka f '(x) = u'-v'
3. f(x) = c.u maka f '(x)=c.u'
4. f(x) = u.v maka f'(x) = u'v + uv'
5.
maka 
Jika u dan v adalah fungsi dalam x, dan c adalah konstanta, maka berlaku
1. f(x) = u + v maka f '(x) = u' + v'
2. f(x) = u - v maka f '(x) = u'-v'
3. f(x) = c.u maka f '(x)=c.u'
4. f(x) = u.v maka f'(x) = u'v + uv'
5.


Bukti :
§ Sifat 1 :
f(x)
= u(x) + v(x)





f '(x) = u'(x) + v'(x)












f '(x) = u'(x) + v'(x)
§ Sifat 2 :
f(x)
= u(x) - v(x)




f '(x) = u'(x) - v'(x)











f '(x) = u'(x) - v'(x)
§ Sifat 3 :
f(x)
= c.u(x) maka f '(x)=c.u'(x)



f '(x)=c.u'(x)







f '(x)=c.u'(x)
§ Sifat 4 :
f(x)
= u(x).v(x) maka f'(x) = u'(x)v(x) + u(x)v'(x)






















§
![]() |
Sifat 5
Karena
Maka
Sehingga

Sebelum kita belajar ke materi inti yaitu cara mencari
persamaan garis singgung kurva, kita harus tahu dulu mengenai gradien garis
yang disimbolkan dengan m, dimana :
ü
Gradian garis untuk persamaan y=mx+c adalah m
ü
Gradien garis untuk persamaan ax+by=c, maka m=-a/b
ü
Gradien garis jika diketahui dua titik, misal (x1,y1)
dan (x2,y2) maka untuk mencari gradien garisnya m=(y2-y1)/(x2-x1)
Gradien dua garis lurus, berlaku ketentuan :
ü
Jika saling sejajar maka m1= m2
ü
Jika saling
tegak lurus maka m1.m2 = -1 atau m1 = -1/(m2)
Jika terdapat
kurva y = f(x) disinggung oleh sebuah garis di titik (x1, y1) maka gradien
garis singgung tersebut bisa dinyatakan dengan m = f'(x1). Sementara
itu x1 dan y1 memiliki hubungan y1 = f(x1). Sehingga persamaan garis
singgungnya bisa dinyatakan dengan y – y1 = m(x – x1).
Jadi intinya jika kita akan mencari persamaan garis
singgung suatu kurva jika diketahui gradiennya m dan menyinggung di titik
(x1,y1) maka kita gunakan persamaan y-y1=m(x-x1)
![]() |
Sedangkan jika diketahui 2 titik, misalnya (x1,y1) dan
(x2,y2) maka untuk mencari persamaan garis singgung dari dua titik tersebut
kita dapat gunakan persamaan
Tentunya kalian masih ingat dengan topik sebelumnya
tentang menentukan titik maksimum, titik minimum, dan titik belok. Pada topik
ini, kalian akan belajar tentang penggunaan turunan dalam menentukan nilai
maksimum dan nilai minimum.
Definisi 1 :
Jika diberikan fungsi f dengan daerah
asal Df dan x = c merupakan anggota Df, maka berlaku
hubungan sebagai berkut :
1. f(c) adalah nilai maksimum
fungsi f pada Df jika f(c) ≥ f(x) untuk semua x
di Df
2. f(c) adalah nilai minimum
fungsi f pada Df jika f(c) ≤ f(x) untuk semua x
di Df
3. f(c) adalah nilai ekstrim
fungsi f pada Df jika f(c) adalah nilai maksimum
atau minimum fungsi f di Df
Definisi 2 :
Jika diberikan fungsi f dengan daerah
asal Df dan interval (a,b) merupakan himpunan bagian
dari Df, maka berlaku hubungan sebagai berkut :
1. f(c) adalah nilai maksimum lokal fungsi f pada
interval (a,b) yang memuat c jika f(c)adalah nilai
maksimum fungsi f pada (a,b)
2. f(c) adalah nilai minimum lokal fungsi f pada
interval (a,b) yang memuat c jika f(c)adalah nilai
minimum fungsi f pada (a,b)
3. f(c) adalah nilai ekstrim lokal
fungsi f jika f(c) adalah nilai maksimum lokal atau nilai
minimum lokal fungsi f[/important
Lalu, kapan terjadi nilai ekstrim lokal?
Kalian dapat menggunakan uji turunan pertama untuk menentukan nilai ekstrim lokal.
Jika fungsi f kontinu pada selang
terbuka (a,b) yang memuat x = c, maka berlaku hubungan sebagai
berikut :
1. Jika f'(x) > 0 untuk semua nilai x dalam
selang (a,c) dan f'(x) < 0 untuk semua nilai x dalam
selang (c,b), maka f(c) merupakan nilai maksimum lokal f
2. Jika f'(x) < 0 untuk semua nilai x dalam
selang (a,c) dan f'(x) > 0 untuk semua nilai x dalam
selang (c,b), maka f(c) merupakan nilai minimum lokal f
3. Jika f'(x) pada selang (a,c) dan (c,b),
maka f(c) bukan merupakan nilai ekstrim lokal f

Agar lebih jelas, mari perhatikan gambar di bawah ini.


Apakah kalian sudah paham? Mari kita cermati beberapa contoh berikut ini.
Contoh 1:
Tentukan nilai maksimum dan minimum dari f(x) =
2x2 - x jika Df = { x | -1 ≤ x ≤ 2} !
Penyelesaian :

Jika kita perhatikan, ternyata x = ¼ merupakan anggota
Df = { x | -1 ≤ x ≤ 2 }. Dengan demikian, untuk menentukan nilai maksimum
dan nilai minimum fungsi f pada Df, kita perlu mengetahui nilai f untuk x = -1
, x = ¼, dan x = 2.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
nilai maksimum dan minimum dari
f(x) = 2x2 – x dengan Df = { x | -1 ≤ x ≤ 2 } berturut-turut adalah f(2) = 6 dan f( ¼ ) = - 1/8.
f(x) = 2x2 – x dengan Df = { x | -1 ≤ x ≤ 2 } berturut-turut adalah f(2) = 6 dan f( ¼ ) = - 1/8.
Contoh 2 :
Tentukan nilai maksimum dan minimum dari f(x) =
3x2 - 2x + 1 jika Df = { x | 1 ≤ x ≤ 4 } !
Penyelesaian :

Oleh karena x = 1/3 bukan merupakan anggota Df =
{ x | 1 ≤ x ≤ 4 }, maka untuk menentukan nilai minimum dan nilai maksimum untuk
fungsi f, kita cukup mengetahui nilai f untuk x = 1 dan x = 4.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
nilai maksimum dan minimum dari
f(x) = 3x2 – 2x + 1 dengan Df = { x | 1 ≤ x ≤ 4 } berturut-turut adalah f(4) = 41 dan f(1) = 2.
f(x) = 3x2 – 2x + 1 dengan Df = { x | 1 ≤ x ≤ 4 } berturut-turut adalah f(4) = 41 dan f(1) = 2.
Contoh 3 :
Tentukan nilai maksimum dan minimum dari f(x) =
(x + 4)2 jika Df = { x | -4 ≤ x ≤ 0 } !
Penyelesaian :

Oleh karena x = -4 merupakan batas kiri dari Df =
{ x | -4 ≤ x ≤ 0 }, maka untuk menentukan nilai minimum dan nilai maksimum
untuk fungsi f, kita cukup mengetahui nilai f untuk x = -4 dan x = 0.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
nilai maksimum dan minimum dari
f(x) = (x + 4)2 dengan Df = { x | -4 ≤ x ≤ 0 } berturut-turut adalah f(0) = 16 dan f(-4) = 0.
f(x) = (x + 4)2 dengan Df = { x | -4 ≤ x ≤ 0 } berturut-turut adalah f(0) = 16 dan f(-4) = 0.
Contoh
4 :
Tentukan
pada interval mana fungsi f(x) = x3 + 9x2 + 15x + 4
merupakan :
- Fungsi naik
- Fungsi
turun
Jawab: f(x) = x3 + 9x2
+ 15x + 4
|
f’(x) = 3x2 + 18x + 15
- Syarat
fungsi naik
f’(x) > 0
3x2
+ 18x + 15 > 0
x2
+ 6x + 5 > 0
(x+1) (x+5) > 0
Harga batas


|
|||||||
|
|
||||||
|
|||||||
Jadi
fungsi naik pada interval
x
< 5 atau x > -1
NILAI
STASIONER
![]() |
|
|||||
|
||||||
Jenis – jenis nilai stasioner



|
|
|


|
x = a diperoleh f’(x) = a
x > a diperoleh f’(x) < a
Fungsi yang mempunyai
sifat demikian dikatakan fungsi f(x) mempunyai nilai
stasioner
maksimum f(a) pada x = a dan titik (a,f(a)) disebut titik balik maksimum.

|
|
|
|





|




|
|
x = d diperoleh f’ (x) = d
x > d diperoleh f’ (x) > d
|
fungsi
ini mempunyai nilai stasioner belok turun f(d) pada x = dan titik (d,f(d))
disebut
titik belok
Pada titik B atau D sering hanya disingkat nilai
stasioner belok.
3. Nilai stasioner di titik E

|
|
|


x = e diperoleh f’(x) = 0

|
x > e diperoleh f’(x) > 0
![]() |
Fungsi ini mempunyai nilai stasioner minimum
f(e) pada x = e dan titik (e,f(e))
disebut titik balik minimum.
Contoh :
Tentukan titik
stasioner dan jenisnya dari fungsi f(x) = x2 + 2x
Jawab : f(x) = x2
+ 2x
f’(x) = 2x + 2
= 2(x + 1)
Nilai stasioner didapat
dari f’(x) = 0
2(x + 1) = 0
x = -1
f(-1) = (-1)2
+ 2(-1) = -1
Jadi diperoleh titik
stasioner (-1,-1)
|
![]() |
|||
x
2
( x + 1 )
f’(x)
|
-1- -1 -1+
- 0 +
- 0 +
|
|||
Bentuk
grafik
|
![]()
![]()
Titik
balik minimum
|
MENGGAMBAR
GRAFIK FUNGSI
Untuk menggambar grafik
fungsi y = f(x) ada beberapa langkah sebagai berikut :
- Tentukan
titik-titik potong grafik dengan sumbu x ( jika mudah ditentukan ), yaitu
diperoleh dari y = 0.
- Tentukan
titik potong dengan sumbu y, yaitu diperoleh dari x = 0.
- tentukan
titik-titik stasioner dan jenisnya.
- tentukan
nilai-nilai y untuk nilai x besar positif dan untuk x yang besar negative.
Contoh :
Diketahui persamaan y =
f(x) = 3x – x3, tentukan :
- Tentukan
titik potong dngan sumbu x dan sumbu y.
- Nilai
stasioner dan titik stasioner.
- Nilai
y untuk x besar positif dan untuk x besar negative.
- Titik
Bantu
Jawab:
- i. Grafik
memotong sumbu x, bila y = 0.
Y
= 0 = 3x – x3
↔
0 = x (3 – x2)
↔
0 = x (
- x ) (
+ x)


Titik
potong sumbu x adalah (0,0), (
,0), (-
,0)


ii. memotong sumbu y, jika x = 0
y = 3x – x3
y = 3.0 - 03
y = 0
titik potong sumbu y adalah (0,0)
- Syarat
stasioner adalah : f’ (x) = 0
f’ (x) = 3 – 3x2
↔
3 (1 - x 2)
↔
3 (1 – x) (1 + x)
x
= 1, x = -1
Untuk x = 1, f(1) = 3(1) – (1)3 = 2
x =
-1, f(-1) = 3(-1) – (-1)3 = -2
Nilai stasionernya : y
= 2 dan y = -2
Titik stasioner : (1,2) dan (-1,-2)
- y
= 3x – x2 , untuk nilai x besar maka bilangan 3 dapat diabaikan
terhadap x, sehingga y = -x3. Jika x besar positif maka y =
besar negative dan jika x besar negative maka y besar positif.
- y
![]() |
|||||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||||
|
|||||||||||





|
|
|
|
, y 2
-2 18 -18 …

![]() |
BAB 12
INTEGRAL
Integral merupakan sebuah konsep penting dalam matematika
yang seringkali menjadi kelemahan tidak sedikit orang. Agar dapat paham dengan
integral sampai integral berkelanjutan, anda pertama harus paham integral
dasarnya dulu. Pondasi dari semua integral lanjutan, misalnya saja agar dapat
paham integral parsial, integral tentu, integral tak tentu, dll.


Kurva diatas dapat didefinisikan sebagai daerah yang dibatasi oleh
kurva f, sumbu x, sumbu y, garis x=a dan garis x=b, dimana daerah diatas sumbu
x bernilai positif dan daerah dibawah sumbu x bernilai negatif.
Integral
juga biasa digunakan untuk merujuk anti turunan. Jika terdapat sebuah fungsi F
yang mempunyai turunan f maka kasus seperti ini disebut integral tak tentu yang
dapat dinotasikan sebagai berikut.

Jika f adalah fungsi kontinu yang terdefinisi pada sebuah interval
tertutup [a,b] dan jika anti turunan F dari f diketahui maka integral tertentu
dari f pada interval yang telah diketahui dapat didefinisikan sebagai.

Berikut ini beberapa rumus dasar :
Integral Trigonometri










Dalam mencari nilai integral kita dapat
menggunakan beberapa cara, diantaranya :
1.
Substitusi
Cari
nilai dari:





2.
Substitusi Trigonometri
Bentuk
|
Gunakan
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Contoh
soal:
Cari nilai dari:











Cari
nilai dari:
dengan
menggunakan substitusi






Masukkan
nilai tersebut:



Nilai
sin A adalah 



Integral parsial menggunakan rumus
sebagai berikut:

Contoh
soal:
Cari nilai dari:


Gunakan
rumus di atas



Jika kita menemukan bentuk penjumlahan
atau bentuk pengurangan integral dapat dirubah seperti berikut ini.

4. Integral tak tentu
Manakala
integral tertentu adalah sebuah bilangan yang besarnya ditentukan dengan
mengambil limit penjumlahan Riemann, yang diasosiasikan dengan partisi interval
tertutup yang norma partisinya mendekati nol, teorema dasar
kalkulus menyatakan bahwa integral tertentu sebuah fungsi kontinu
dapat dihitung dengan mudah apabila kita dapat mencari antiturunan/antiderivatif
fungsi tersebut.
Apabila

Keseluruhan
himpunan antiturunan/antiderivatif sebuah fungsi ƒ adalah integral
tak tentu ataupun primitif dari ƒ terhadap
x dan dituliskan secara matematis sebagai:

Ekspresi F(x) + C adalah antiderivatif umum ƒ dan C adalah konstanta sembarang.
Misalkan
terdapat sebuah fungsi
, maka integral
tak tentu ataupun antiturunan dari fungsi tersebut adalah:


Perhatikan
bahwa integral tertentu berbeda dengan integral tak tentu. Integral tertentu dalam
bentuk
adalah
sebuah bilangan, manakala integral tak tentu :
adalah
sebuah fungsi yang memiliki tambahan konstanta sembarang C.


5.
Integral Tertentu
Diberikan suatu fungsi ƒ bervariabel
real x dan interval antara [a, b] pada garis real, integral
tertentu:

secara
informal didefinisikan sebagai luas wilayah pada bidang xy yang dibatasi oleh
kurva grafik ƒ, sumbu-x, dan garis vertikal x = a dan x = b.

Seiring
dengan semakin banyaknya subinterval dan semakin sempitnya lebar subinterval
yang diambil, luas keseluruhan batangan akan semakin mendekati luas daerah di
bawah kurva.
Terdapat
berbagai jenis pendefinisian formal integral tertentu, namun yang paling
umumnya digunakan adalah definisi integral Riemann. Integral Rieman
didefinisikan sebagai limit dari penjumlahan Riemann. Misalkanlah kita
hendak mencari luas daerah yang dibatasi oleh fungsi ƒ pada
interval tertutup [a,b]. Dalam mencari luas daerah tersebut,
interval [a,b] dapat kita bagi menjadi banyak subinterval yang
lebarnya tidak perlu sama, dan kita memilih sejumlah n-1 titik {x1, x2, x3,..., xn
- 1} antara a dengan b sehingga memenuhi hubungan:

Himpunan
tersebut
kita sebut sebagai partisi [a,b], yang membagi [a,b]
menjadi sejumlah nsubinterval
. Lebar
subinterval pertama [x0,x1] kita nyatakan
sebagai Δx1, demikian pula lebar subinterval ke-i kita
nyatakan sebagai Δxi = xi - xi -
1. Pada tiap-tiap subinterval inilah kita pilih suatu titik sembarang dan
pada subinterval ke-i tersebut kita memilih titik sembarang ti.
Maka pada tiap-tiap subinterval akan terdapat batangan persegi panjang yang
lebarnya sebesar Δx dan tingginya berawal dari sumbu x sampai
menyentuh titik (ti, ƒ(ti))
pada kurva. Apabila kita menghitung luas tiap-tiap batangan tersebut dengan
mengalikanƒ(ti)· Δxi dan
menjumlahkan keseluruhan luas daerah batangan tersebut, kita akan dapatkan:

![[x_0, x_1], [x_1,x_2], \ldots, [x_{n-1}, x_n]](file:///C:/Users/asus/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image273.png)

Penjumlahan Sp disebut
sebagai penjumlahan Riemann untuk ƒ pada interval [a,b]. Perhatikan
bahwa semakin kecil subinterval partisi yang kita ambil, hasil penjumlahan
Riemann ini akan semakin mendekati nilai luas daerah yang kita inginkan.
Apabila kita mengambil limit dari norma partisi
mendekati
nol, maka kita akan mendapatkan luas daerah tersebut.

Secara
cermat, definisi integral tertentu sebagai limit dari penjumlahan Riemann
adalah:
Diberikan ƒ(x)
sebagai fungsi yang terdefinisikan pada interval tertutup [a,b].
Kita katakan bahwa bilangan I adalah integral tertentu ƒ di
sepanjang [a,b] dan bahwa I adalah limit dari
penjumlahan Riemann
apabila
kondisi berikut dipenuhi: Untuk setiap bilangan ε > 0 apapun terdapat sebuah
bilangan δ > 0 yang berkorespondensi dengannya sedemikian rupanya untuk
setiap partisi
di
sepanjang [a,b] dengan
dan
pilihan ti apapun pada [xk -
1, ti], kita dapatkan




Secara
matematis dapat kita tuliskan:

Apabila
tiap-tiap partisi mempunyai sejumlah n subinterval yang sama,
maka lebar Δx = (b-a)/n, sehingga persamaan di atas
dapat pula kita tulis sebagai:

Limit
ini selalu diambil ketika norma partisi mendekati nol dan jumlah subinterval
yang ada mendekati tak terhingga banyaknya:
Contoh
Sebagai
contohnya, apabila kita hendak menghitung integral tertentu
, yakni mencari
luas daerah A dibawah kurva y=x pada
interval [0,b], b>0, maka perhitungan integral
tertentu
sebagai
limit dari penjumlahan Riemannnya adalah 



Pemilihan
partisi ataupun titik ti secara sembarang akan
menghasilkan nilai yang sama sepanjang norma partisi tersebut mendekati nol.
Apabila kita memilih partisi P membagi-bagi interval [0,b]
menjadi n subinterval yang berlebar sama Δx = (b - 0)/n = b/n dan
titik t'i yang dipilih adalah titik akhir kiri
setiap subinterval, partisi yang kita dapatkan adalah:



Seiring
dengan n mendekati tak terhingga dan norma partisi
mendekati
0, maka didapatkan:


Dalam
prakteknya, penerapan definisi integral tertentu dalam mencari nilai integral
tertentu tersebut jarang sekali digunakan karena tidak praktis. Teorema
dasar kalkulus memberikan cara yang lebih praktis dalam mencari nilai
integral tertentu.
DAFTAR
PUSTAKA
Tim
penulis MGMP Matematika SMA kota Semarang, Matematika SMA / MA XI A IPA, (
Semarang : CV. Jabbaar Setia, 2008)
Tim
penyusun KREATIF Matematika, Matematika SMA/MA kelas XI IPA semester gasal, (
Klaten, Viva Pakarindo, 2007)
Simangunsong
Wilson, Matematika dasar, ( Jakarta: Erlangga, 2005)
MGMP Matematika Kota Semarang, 2006.
Matematika SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Alam, Semarang : PT Mascom Graphy, Semarang.
Sartono
Wirodikromo, 1994. Matematika Untuk SMU Kelas 2, Program IPA, Catur Wulan 2,
Penerbit Erlangga.
Modul Matematika
SMA/MA dan SMK/MAK Kelas IX Program
Akuntansi, Surakarta : PT Grahadi, Surakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar