MAKALAH KEWIRAUSAHAAN
PRODUK KERAJINAN BAHAN KERAS
dari BAMBU
(Diampu oleh : Ib. Supradmi, S,Pd.)

Disusun
Oleh :
Nama :
Mila Kusuma Wardani
Kelas : XI
Akuntansi 3
No. Abs : 27
XI Akuntansi 3 // SMK N 1 Sragen // Kurikulum 2013
Tahun ajaran 2015/2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Kita
panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-NYA, sehingga saya penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Tidak lupa shalawat serta salam selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya di jalan yang
benar.
Makalah ini saya susun berdasarkan tugas mata pelajaran
Kewirausahaan yang berjudul “PROSES PEMBUIATAN MEBEL BAMBU”. Tidak
lupa saya ucapkan kepada guru mata pelajaran dan teman-teman yang
telahmemberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.
Amin.
Wassalamu`alaikum
Wr. Wb
Karanganyar,
24 Maret 2016
Penulis
Mila
Kusuma Wardani
Daftar Isi
PROSES
PEMBUATAN MEBEL BAMBU
Hartiyono (Widyaiswara Madya )
Departemen Bangunan PPPPTK BOE /
VEDC Malang
ABSTRAK
Perancangan
produk mebel bambu yang ada selama ini tampak masih belum banyak yang
memperhatikan dan mempertimbangkan kelayakan ergonomic Padahal keergonomisan
sebuah produk ataupun fasilitas kerja yang nantinya akan digunakan oleh manusia
sungguh sangat penting agar bisa memenuhi kriteria kriteria efektif, nyaman,
aman, sehat dan efisien (ENASE).Rancangan produk mebel bambu yang banyak
dijumpai dan diperjualbelikan lebih terfokus pada aspek fungsional dan kurang
melihat parameterparameter yang terkait dengan keinginan maupun kepuasan
konsumen parameter parameter yang mampu memberikan kepuasan konsumen untuk
kemudian dijadikan dasar penentuan parameter parameter teknis dalam proses
perancangan produk mebel bambu..Dengan melakukan analisa dan evaluasi ergonomic
antropometri dan biaomekanik terhadap prototipe yang dibuat dapat diperoleh
kesimpulan apakah rancangan baru mebel bambu tersebut benar benar memiliki
kelayakan ergonomis dibandingkan dengan yang selama ini ada. Kata kunci: Rancangan
Produk Mebel Bambu, Kepuasan Konsumen, Quality
1. PENDAHULUAN
Bambu merupakan bahan lokal yang
sudah sangat dikenal di Indonesia dan memegang peranan sangat penting
dalam kehidupan masyarakat, ini dapat dilihat dari banyaknya penggunaan bambu pada
berbagai keperluan masyarakat kita sejak nenek moyang kita ada. Di Indonesia
ditemukan sekitar 60 jenis dan bambu banyak ditemukan di dataran rendah
sampai pegunungan dengan ketinggian sekitar 300 m diatas permukaan laut.
Pada umumnya ditemukan ditempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas
dari genangan air. Dari kurang lebih 1.000 species bambu dalam 80 genera,
sekitar 200 species dari 20 genera ditemukan di Asia Tenggara (Dransfield dan
Widjaja, 1995). Di Indonesia bambu hidup merumpun (symphodial), kadang-kadang
ditemui berbaris membentuk suatu garis pembatas dari suatu wilayah desa yang
identik dengan batas desa. Di Jawa, penduduk sering menanam bambu
disekitar rumahnya dicampur dengan tanaman lain untuk berbagai keperluan. Bambu
dikenal memiliki sifat-sifat yang sangat menguntungkan untuk dimanfaatkan
karena, batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah
dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itu
bambu juga relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain seperti kayu.
2.
TUJUAN PENGAWETAN BAMBU
Untuk
meningkatkan daya tahan dan performanya bambu dan produk dari bambu perlu
diawetkan, baik dengan bahan pengawet yang bersifat kimiawi atau pun tanpa
bahan kimia, dengan cara tradisional ataupun yang lebih moderen. Adapun tujuan
dari pengawetan bambu adalah:
- Meningkatkan daya tahan dan
waktu pemanfaatan bambu.
- Menahan dan menunda kerusakan
- Mempertahankan stabilitas
struktur bambu dan kekuatannya
- Menambah ketahanan lain
misalnya lebih tahan terhadap api.
- Meningkatkan mutu bambu secara
estetika.
3.
PERSIAPAN BAHAN BAKU
Bahan
baku dalam kegiatan usaha ini adalah bambu wulung hitam (Gigantochloa
verticillata) yang masih dapat diperoleh dengan mudah. Pihak pengrajin
dimudahkan dalam penyediaan bahan baku tersebut, karena petani bambu telah
menyiapkan kebutuhan batang bambu hingga pengangkutan ke sanggar bambu.
Kebutuhan bahan pembantu berupa rotan tali, rotan gelondong dan rotan antik umumnya diperoleh dari Jepara dan Cirebon melalui pedagang langsung. Ada beberapa pengrajin yang bertindak sebagai pedagang juga, sehingga pada saat pengangkutan produk mebel ke Jepara atau Cirebon, maka pada saat kembali selalu mendapatkan titipan dari sesama pengrajin untuk berupa tali rotan tersebut.
Kebutuhan bahan pembantu berupa rotan tali, rotan gelondong dan rotan antik umumnya diperoleh dari Jepara dan Cirebon melalui pedagang langsung. Ada beberapa pengrajin yang bertindak sebagai pedagang juga, sehingga pada saat pengangkutan produk mebel ke Jepara atau Cirebon, maka pada saat kembali selalu mendapatkan titipan dari sesama pengrajin untuk berupa tali rotan tersebut.
4. PENGERINGAN
Bambu
yang digunakan untuk pembuatan mebel umumnya dipotong setelah berumur 13 bulan
dengan pertimbangan bahwa bambu tersebut telah memiliki umur dan ketebalan
batang yang cukup untuk diolah menjadi produk kerajinan. Pada daerah tropis,
tanaman bambu biasanya kurang tahan lama karena mengandung kanji yang disukai
oleh rayap dan menjadi tempat tumbuh yang baik bagi cendawan akibat suhu dan
kelembaban tinggi sehingga diperlukan proses pengeringan dan pengawetan bambu
agar menjadi lebih keras dan mampu bertahan hingga lebih dari 10 tahun.
Bambu yang telah dipotong cukup disandarkan dalam keadaan berdiri agak tegak (kemiringan 75 derajat) ditempat yang cukup teduh dan dibiarkan sampai kadar airnya berkurang. Posisi bambu pada saat proses pengeringan diupayakan jangan sampai terkena sinar matahari langsung secara terus menerus karena batang bambu bisa melengkung dan membentuk warna yang tidak dikehendaki, sesekali perlu dilakukan penyusunan ulang dengan membalikkan posisi sandar sehingga bambu dapat kering secara merata. Untuk menghindari kelembaban tanah yang naik ke batang, sebaiknya batang bambu dilindungi dengan menggunakan batu pada bagian bawah batang yang telah dipotong. Proses pengeringan ini memakan waktu 4-7 hari, apabila hari sering turun hujan makan proses pengeringan akan berjalan lebih lama.
Bambu yang telah dipotong cukup disandarkan dalam keadaan berdiri agak tegak (kemiringan 75 derajat) ditempat yang cukup teduh dan dibiarkan sampai kadar airnya berkurang. Posisi bambu pada saat proses pengeringan diupayakan jangan sampai terkena sinar matahari langsung secara terus menerus karena batang bambu bisa melengkung dan membentuk warna yang tidak dikehendaki, sesekali perlu dilakukan penyusunan ulang dengan membalikkan posisi sandar sehingga bambu dapat kering secara merata. Untuk menghindari kelembaban tanah yang naik ke batang, sebaiknya batang bambu dilindungi dengan menggunakan batu pada bagian bawah batang yang telah dipotong. Proses pengeringan ini memakan waktu 4-7 hari, apabila hari sering turun hujan makan proses pengeringan akan berjalan lebih lama.
5. PENGAWETAN
Yang
dimaksud dengan pengawetan tradisional di sini adalah praktik dan perlakuan
terhadap yang dilakukan olah masyakat secara turun temurun yang bertujuan untuk
meningkatkan masa pakai bambu. Berbagai cara pengawetan tersebut diantaranya
berupa :
5.1.
Pengendalian waktu tebang
Adalah pengawturan waktu penebangan
bambu pada saat-saat tertentu yang menurut kepercayaan atau kebiasaan
masyarakat dapat meningkakan daya tahan bambu dibandingkan dengan penebangan
pada sembarang waktu. Pengendalian waktu tebang di Indonesia ada banyak versi,
diantaranya:
- penebangan pada bulan tertentu
(mongso/mangsa) dalam bahasa jawa/sunda, umumnya pada mongso 9 (bulan
maret) dianggap sebagai waktu yang paling tepat untuk memotong bambu.
- penebangan pada jam tertentu,
misalnya penebangan dilakukan pada waktu menjelang subuh dipercaya dapat
meningkatkan ketahanan bambu.
- Penebangan pada waktu tertentu,
misalnya penebangan pada waktu bulan purnama dibeberapa daerah dipercaya
dapat mengurangi serangan hama pada bambu.
5.2. Perendaman bambu
bambu yang telah ditebang direndam
selama berbulan-bulan bahkan tahunan agar bambu tesebut tahan terhadap
pelapukan dan serangan hama. Perendaman dilakukan baik di kolam, sawah, parit,
sungai atau di laut.penebangan waktu pada bulan tertentu (mongso/mangsa) dalam
bahasa jawa/sunda, umumnya pada mongso 9 (bulan maret) dianggap sebagai waktu
yang paling tepat untuk memotong bambu. Kelemahan dari sistem ini adalah, bambu
yang direndam dalam waktu lama, ketika diangkat akan mengeluarkan lumpur dan
bau yang tidak sedap, akan butuh waktu yang cukup lama setelah perendaman untuk
mengeringkan hingga bau berkurang dan dapat dipakai sebagai bahan bangunan.
5.3. Pengasapan bambu
selain pengendalian waktu penebangan
dan perendaman, secara tradisional bambu juga kadangkala diasap untuk
meingkatkan daya tahannya. Secara tradisional bambu diletakkan di tempat yang
berasap (dapur atau tempat pembakaran lainnya), secara bertahap kelembaban
bambu berkurang sehingga kerusakan secara biologis dapat dihindari. Saat ini
sebenarnya cara pengasapan sudah mulai dimodernisasi, beberapa produsen bambu
di Jepang dan Amerika Latin telah menggunakan sistem pengasapan yang lebih maju
untuk mengawetkan bambu dalam skala besar untuk kebutuhan komersil.
5.4. Pencelupan dengan kapur
Bambu dalam bentuk belah atau iratan
dicelup dalam larutan kapur (CaOH2) yang kemudian berubah menjadi kalsium
karbonat yang dapat menghalangi penyerapan air hingga bambu terhindar dari
serangan jamur.
5.5. Pemanggangan/pembakaran
Biasanya dilakukan untuk meluruskan
bambu yang bengkok atau sebaliknya. Proses ini dapat merusak struktur yang ada
dalam bambu membentuk karbon , sehingga tidak disenangi oleh kumbang atau
jamur.
6. PROSES PRODUKSI
Dalam
menjalankan proses produksi, para pengrajin mebel bambu memiliki teknik yang
sama, yaitu pembuatan rangka mebel, pengikatan dengan rotan tali, penyusunan
iratan pada alas kursi dan meja serta iratan pada sandaran kursi yang sudah
diukir. Pada tahapan akhir dilakukan proses finishing dengan cara mengampelas,
memberi vernis atau melamin serta proses pengeringan. Tahapan-tahapan tersebut
akan dibahas
berikut ini :
6.1. Pembuatan bagian-bagian mebel
6.1. Pembuatan bagian-bagian mebel
Dari keseluruhan proses produksi
pembuatan kerajinan mebel bambu, tahapan pembuatan rangka merupakan tahapan
paling kritis dalam usaha ini, karena perlu perhitungan yang tepat dalam ukuran
maupun pembuatan lubang untuk sendi/siku. Beberapa pengrajin memiliki tenaga
kerja terampil khusus untuk pembuatan rangka ini sehingga tingkat
kerusakan/kegagalan dapat ditekan. Untuk
membuat satu set kursi model Sudut diperlukan sekitar 6 batang bambu dan 12
batang untuk model Sofa. Batang bambu yang telah diukur untuk masing-masing
bagian dalam rangka mebel akan dipotong dengan menggunakan gergaji kayu. Batang
bambu dengan diameter terbesar (bagian bawah bambu) difungsikan sebagai
kaki-kaki kursi (posisi vertikal) karena bagian ini memiliki ketebalan batang
paling besar sehingga memiliki kekuatan yang paling besar pula. Sementara untuk
batang bambu yang lebih kecil akan digunakan untuk palang bilah dengan posisi
horizontal.
6.2. Perakitan
Proses perakitan mebel bambu dimulai
dengan pekerjaan memasukkan bambu kedalam bagian kaki kursi yang telah
dilubangi Ukuran lobang harus disesuaikan dengan ukuran batang bambu yang akan
dimasukkan agar rangka kursi tidak bergoyang, dan proses ini harus dilakukan
dengan hati-hati agar bambu tidak retak dan rangka mebel dapat berdiri dengan
kokoh. Hingga tahapan ini setiap rangka akan diperiksa secara teliti oleh
pengrajin karena hasil ini akan sangat mempengaruhi kualitas akhir. Untuk memperkuat posisi sudut dari rangka,
maka dilakukan pengikatan dengan menggunakan rotan tali,. Pengikatan ini selain
agar posisi sambungan sudut lebih kuat juga memberikan sentuhan seni yang dapat
meningkatkan nilai jual produk ini. Ikatan dengan tali rotan akan dilakukan
pada bagian rangka yang dinilai cukup banyak dipandang mata sehingga menambah
daya tarik mebel tersebut. Untuk model
Sudut, jumlah bagian mebel yang diikat dengan rotan berjumlah 42 buah, dengan
rincian 2 buah kursi dengan 2 sandaran masing-masing 9 ikatan, kursi 1 sandaran
terdapat 8 ikatan, meja sudut 12 ikatan dan meja tengah 4 ikatan. Berat rotan
tali yang dibutuhkan untuk satu set mebel kayu model Sudut sekitar 85 gram,
sedangkan untuk model Sofa dibutuhkan sekitar 100 gram rotan tali. Sedangkan
untuk model Sofa dibutuhkan 32 ikatan dengan rincian kursi dengan sandaran 3,
2, 1 dan meja masing-
masing
memiliki jumlah ikatan 8 buah.
6.3. Pelupuh
Pelupuh atau papan bambu adalah
susunan dari batangan bambu yang dibelah dengan menggunakan parang pada satu
sisi dari atas ke bawah dan berbentuk iratan/belahan batang dengan ukuran lebar
sekitar 2 cm. Iratan tersebut kemudian disusun hingga berbentuk seperti papan
atau dinding. Bentuk ini juga memberikan nilai seni tersendiri dan memudahkan
sirkulasi udara khususnya untuk bagian bawah kursi maupun meja. Pada kerajinan
mebel bambu ini pelupuh terdiri dari 2 macam, yaitu pelupuh polos dan pelupuh
ukir. Tidak ada perlakukan khusus untuk pelupuh polos karena batang bambu hanya
dipotong sesuai ukuran yang diperlukan. Untuk pelupuh pada alas duduk ditata
sejajar dan diikat rotan antik dengan cara membentuk huruf "X" dan
diikatkan ke batang bambu yang dipasang dibawah susunan iratan tersebut
sehingga masing-masing iratan dapat terikat dengan erat
Sementara itu proses penyusunan
pelupuh ukir diberlakukan beberapa tahapan :
- Batang bambu yang akan
dijadikan pelupuh ukir harus dipilih dari bagian batang yang baik;
- Batang bambu diukir oleh tenaga
terampil yang memang memiliki keterampilan khusus untuk melakukan ukiran
pada batang bambu.
- Batang bambu yang telah diukir
akan diserut/seset menggunakan pisau raut untuk menghilangkan kulit bambu
yang berwarna hitam pada bagian-bagian yang telah ditentukan, sehingga
motif ukiran akan terlihat dengan jelas.
- Proses selanjutnya adalah
pemotongan batang bambu tersebut menjadi iratan-iratan dan disusun menjadi
pelupuh.
Bila bambu yang telah diukir dan diseset/serut kulit bagian luar
dengan menggunakan pisau raut selanjutnya dipotong-potong menjadi iratan-iratan
dan disusun hingga berbentuk pelupuh/papan bambu. Pemotongan bambu ukir
tersebut harus dilakukan dengan hati-hati agar bentuk potongan lurus sehingga
mudah untuk disusun pada sandaran kursi atau alas meja. Apabila pelupuh sudah
tersusun rapi dilakukan pengikatan dengan rotan gelondong pada bagian pinggir
pelupuh yang mengitari sandaran kursi.
7. FINISHING
Proses finishing dilakukan apabila seluruh proses perakitan sudah selesai dilaksanakan dan telah mendapat pengecekan dari pengrajin. Proses finishing yang dilakukan meliputi kegiatan :
Proses finishing dilakukan apabila seluruh proses perakitan sudah selesai dilaksanakan dan telah mendapat pengecekan dari pengrajin. Proses finishing yang dilakukan meliputi kegiatan :
- mengampelas seluruh ruas bambu
agar halus. Cara mengampelas tidak boleh terlalu keras karena bisa merusah
warna bambu yang sudah alami;
- memberi vernis atau melamin
pada seluruh lapisan bambu menggunakan kuas, dengan maksud untuk
mempercantik mebel serta memberikan lapisan kepada kulit bambu agar kuat
dan tahan lama/awet.
Setelah
proses finishing dilakukan, mebel bambu tidak boleh terkena sinar matahari
secara langsung karena akan memudahkan terjadinya pecah-pecah pada lapisan yang
telah divernis/melamin, mebel cukup ditata di tempat penyimpanan atau di ruang
pamer sehingga dapat terkena hembusan angin secara langsung. Vernis/melamin
tersebut akan kering dalam waktu 2-3 jam dan mebel siap untuk dijual.
8. KESIMPULAN
1. Bambu merupakan bahan
yang ramah lingkungan (green materials) yang dapat digunakan sebagai pengganti kayu karena,
mudah diperbarukan (renewable), mudah diperbaiki (restorative) dan mudah
dibentuk (versatile).
2. Potensi bambu sangat banyak
dan hampir di seluruh wilayah Indonesia ada dan sudah familiar dengan masyarakat sejak
nenek moyang kita ada.
3. Harganya murah dan tidak
memerlukan peralatan yang mahal dan tenaga kerja dengan skill tinggi.
4. Dengan teknologi yang
maju sekarang ini, kelemahan bambu sudah dapat di atasi misalnya dengan
pengawetan atau menjadikan produk sebagai produk bambu komposit.
5. Kekuatan bambu
komposit sudah teruji dan dapat disetarakan dengan kayu konstruksi.
9. DAFTAR PUSTAKA
1. British Standard, Code of Practice 112 (1971)
2. Indian Standard 6874 (1973), Methods of Tests
for Round Bamboos
3. Sulthoni
A., 1983, Petunjuk Ilmiah Pengawetan
Bambu Tradisional dengan perendaman Dalam Air, International Development
Research Center Ottawa, Canada.
4. Morisco,
1996 ; Bambu sebagai Bahan Rekayasa, Pidato
Pengukuhan Jabatan Lektor Kepala Madya dalam Bidang Ilmu Teknik Sipil, Fakultas
Teknik UGM.
5. ISO 22156 (2004) Bamboo – Structure Design
and ISO 22157-1: 2004 (E) Bamboo – Determination of physical and mechanical
properties – Part 1: Requirements and Part 2: Laboratory manual. INBAR –
2004.
Caesars Entertainment, Inc. on Wednesday awarded $2.2 million
BalasHapusCaesars 수원 출장마사지 Entertainment, Inc. is now back on the 여주 출장마사지 market 문경 출장마사지 after more than a year of 포천 출장안마 rebranding. 대전광역 출장샵 The company